OTONOMI DESA=OTONOMI RAKYAT DESA

Kamis, 30 Juni 2011

MENGENAL DESA KAIRANE MELALUI LOMBA MENULIS SEJARAH

Oleh. Vincent Bureni



Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Perkembangan peradaban dunia termasuk sebuah wilayah kecil sudah mulai bergeser ke dunia teknologi dan pada akhirnya hampir semua orang termasuk saya sudah melupakan sebuah proses cerita sejarah awal-mula sebuah negara atau daerah bahkan desa dibentuk. Banyak cerita sukses yang telah diukir pada alur sebuah cerita sejarah. Namun kita melupankan cerita-cerita sukses itu, bahkan selalu dianggap kuno dan ketinggalan bila ingin mengetahui sejarah.

Tiga bulan yang lalu, tepatnya dikantor desa Kairane, suasana menarik, penuh bersahabat, kadang harus menari adat yang diiringi dengan lagu-lagu daerah tetapi kadang suasana berubah menjadi tegang antar orang – orang yang hadir saat itu. Ketegangan dipicu soal kebenaran cerita sejarah yang disajikan oleh kontestan penulis sejarah Desa Kairane. Kebenaran sejarah yang ditanggapi pun bervariasi antar angkatan 50-an sebagai angkatan pelaku sejarah, dan angkatan 69 sebagai angkatan transisi pemerintahan dari swapraja ke pemerintahan desa modern serta angkatan pemerintahan modern dari tahun 70-an sampai tahun 90-an. Pun demikian, sejarah desa Kairane berhasil dirangkum oleh tim yang dipercayakan oleh panitia perlombaan sejarah yang pada umumnya dari tokoh – tokoh adat dan pelaku sejarah desa Kairani dari tiga angkatan tersebut.

Ada beberapa cerita menarik yang membentuk kampung (desa) Kairane mulai dari penduduk asli, asal mula muncul nama Kairane sampai tata kelola pemerintahanya dari masa ke masa yang dapat dirangkum dari hasil lomba sejarah desa Kairane.

ASAL MULA PENDUDUK DESA KAIRANE

Pada mulanya kampung Kairaen (sekarang; KAIRANE) ditempati kakak beradik dari suku Nai Beis. Suku ini berpetualangan dari Besikama (Kabupaten Belu) hingga ke Kairane. Petualangan suku Nai Bais ini mulai dari kampong Tetaf (Desa Tetaf sekarang) Kabupaten Timor Tengah Selatan, kampung Taiti desa Silu, lalu ke Kupang tepatnya di Kuatae yang sekarang disebut Bakunase (sebuah kelurahan yang ada di Kota Kupang. Pada akhirnya kedua kakak beradik suku Nai Beis ini bermusyawarah untuk berpisah. Kaka dan pengikutnya menuju ke Netenbonen yang sekarang Kupang Barat dan tinggal disana sampai sekarang. Sedangkan adik bersama pengikutnya menuju Sonahaumusu yang sekarang di sebut Baumata dan kemudian dari Sonahaumusu mereka pidah ke Oetium yaitu batas wilayah Amarasi dan Am Abi Oefeto.

Mereka tinggal Di Oetium beberapa saat, mereka mendatangi Usif Am Abi Oefeto dan meminta tinggal diwilayahnya. Atas permintaan suku Nai Beis, maka Usif Am Abi Oefeto bersama tua-tua adat bermufakat dan menyembunyikan mereka dalam sebuah gua (Nuat) yang sekarang di sebut Nuat Nai Beis. Dari Nuat Nai Beis mereka di pindahkan ke satu tempat yang bernama Hana yaitu sekarang di sebut desa Fatukanutu tempatnya gedung puskesmas Am Abi Oefeto sekarang. Karena disitu mereka jauh dari mata air maka mereka pindah lagi ke satu tempat yang bernama Neonbota yaitu sekarang Nunmuti desa fatukanutu.

Setelah di Neonbota beberapa saat, maka atas musyawarah Fetor dan tua-tua adat, mereka dipindahkan ke satu tempat yang namanya Kopu. Mereka tinggal di sana sebagai penjaga serangan dari musuh-musuh karena mereka adalah orang-orang yang jago perang. Setelah mereka mendapatkan kepercayaan sebagai penjaga keamanan di Neonbata, maka mereka pun bersepakat untuk memilih kepala suku mereka yang akan menjadi pimpinan mereka untuk mewakili suku Nai Beis. Kepala-kepala suku Nai Beis yang disepakati pada saat itu antara lain :Pertama, Tati Beis. Kedua, Kauna Beis anak dari Tati Beis. Ketiga, Neki Beis anak dari Kauna Beis, dari kepala suku Neki Beis diubah namanya menjadi Temukung.

KAIRANE: Sebuah Kisah Cinta

Nama Kairaen (Kairane; sekarang) berasal dari kisah cinta dua pasangan remaja keturunan kepala-kepala suku Nai Beis. Berawal dari kisah cinta 2 (dua) anak perempuan yang sudah remaja keluarga Nai Beis berpacaran dengan 2 orang laki-laki remaja dari kampung lain dan mereka bermufakat untuk membentuk rumah tangga baru.

Suatu ketika, dua pasangan remaja ini ingin mematangkan mufakat (rencana) mereka dan mereka janjian untuk bertemu di lokasi sumber mata air pada sore hari. Untuk tidak membuang waktu, kedua laki-laki itu datang mendahului dan bersembunyi di atas pohon di tepi (pinggir) mata air itu. Tidak lama kemudian kedua nona/gadis itu datang ke sumber mata air itu, namun mereka tidak menemukan kedua laki-laki itu disana. Tapi ketika kedua gadis tersebut melihat ke air, ada bayangan manusia di dalam mata air itu. Kedua gadis tersebut mengetahui kalau bayangan itu adalah calon pasangan hidup mereka. Kedua Nona/gadis itu bercerita sambil tertawa dengan suara yang keras dan lantang. Karena takut suara mereka didengar oleh orang lain dan kedua laki-laki tersebut akan menertawakan mereka, maka gadis yang satu menegur temanya dengan berkata; “Kai Am Sak Raen Muher” (“hai kawan jangan tertawa keras-keras”).

Untuk tidak berlama-lama diatas pohon maka kedua pemuda/laki-laki itupun turun dari pohon tempat persembunyian mereka sambil tertawa dan menghampiri kedua gadis itu. Merekapun mulai duduk untuk mematangkan mufakat (rencana) mereka.

Merekapun bersepakat untuk menyampaikan rencana perkawinan mereka kepada orang tua dan kepala suku untuk mendapatkan restu. Kedua pasangan inipun disetujui oleh orang tua masing-masing dan kepala suku dan mengawinkan kedua pasang muda-mudi itu. Sebagai tanda kenangan untuk tetap di ingat sampai sekarang maka nama Kopu tempat suku Nai Beis menetap diganti nama Kairaen, Kai= jangan, Raen= tertawa jadi Kairaen yang artinya jangan tertawa.

Nama Kairaen berubah menjadi Kairane sejak perubahan sistim pemerintahan dari sistim pemerintah swapraja ke sistim pemerintahan orde baru pada tahun 1969 yang dulunya ketemukungan diganti menjadi nama desa hingga sekarang.

POTRET KEPEMIMPINAN DESA KAIRANE

Pada tahun 1850 Am Abi Oefeto di pimpin oleh seorang Usif yang namanya Nobe Loemnanu, beliau di bantu oleh 3 kepala suku sebagai panglima perang yaitu : Nai Namah, Nai Finit, dan Nai Ton yang di sebut dengan nama atau kata lain Am Tenu Ain Tenu.

Kepala pemerintahan pertama di kampung Kairaen berasal dari kepala suku pertama Nai Beis yaitu Tati Beis, yang pada saat itu raja Am Abi Oefeto (Usif Nobe Loemnanu) mengangkat mereka sebagai penjaga pintu (Eno Toi) dari serangan musuh. Setelah Tati Beis meninggal maka diganti dengan kepala suku yang ke Dua yaitu Kauna Beis anak dari Tati Beis. Setelah Kauna Beis meninggal diganti lagi oleh Neki Beis anak dari Kauna Beis yang diganti nama kepala suku menjadi Temukung. Dari masa pemerintahan Neki Beis mulai dari kampung Kairaen sampai dengan Noelmina batas antara Am Abi Oefeto dengan TTS. Sebagai penjaga pintu masuk keluar (Eno Toi Kisna Makrabat) yang artinya setiap orang yang keluar masuk harus melaporkan diri pada Temukung Nai Beis. Kemudian setelah itu Temukung Nai Beis menyuruh dua orang suami istri yaitu : Nai Biin Beis dan Nobe Beis untuk tinggal di Oemofa atau Oahausisi.

Pada tahun 1880 Usif Am Abi Oefeto di pimpin oleh seorang Usif Nobe Loemnanu meniggal dunia dan diganti oleh anaknya Roki Loemnanu. Gelar Usif (raja) diganti dengan nama Vetor pada tahun 1920. Perubahan nama struktur pemerintahan ini sampai struktur pemerintahan paling bawah yakni Am nakaf (kepala suku) diganti dengan Temukung dan ditambah lagi 7 Temukung menjadi 10 Temukung termasuk Temukung Nai Beis yang di sebut dengan nama Am Bo Ain Bo pada tahun 1925.

Temukung pertama di Kairaen adalah Neki Beis dan Warnemennya (sekertaris) adalah Mese Tano. Namun karena mereka tidak menjalankan pemerintahannya dengan baik maka kepemimpinanya diganti oleh adiknya bernama Nusin Beis dan Warnemennya adalah Mese Tano pada tahun 1930. Namun karena Nusin Beis juga tidak menjalankan roda pemerintahan dengan baik maka di gantikan lagi dengan adiknya bernama Nuban Beis sebagai Temukung yang ketiga dan Warnemennya (sekertaris) adalah Nuna Pengkoam.

Setelah Nuban Beis meninggal dunia pada tahun 1943 maka diganti lagi dengan Temukung yang ke 4 yang bernama To Beis anak dari Fo Bani dan Nus Beis dengan masa pemerintahanya 1943-1961 sementara Warnemennya (sekertaris) tetap Nuna Pengkoam. Namun dua belas tahun kemudian yakni pada tahun 1955, Warnemen (sekertaris) diganti dengan Meni Pengkoam dan di angkat lagi seorang pembantu Warnemen yang namanya Amnasit bernama Meni Nubatonis.

Pada masa pemerintahan To Beis inilah ketemukungan Kairaen mulai mengenal mamar dan persawahan dimana salah satu program untuk pertanian kepemimpinan To Beis mulai membuka kebun (mamar dan persawahan).

Pada tahun 1953, penyebaran agama Kristen mulai masuk di Kaeraen dan pelopor-pelopor gereja pada saat itu :1) Ehud Taraen (alm);2) Salmon Beis (alm);3) Simon Haumeni (alm);4) Fredik Bunda (alm);5) Rafael Pengkoam (alm);6) Rehabeam Manggoa;7) Musa Pengkoam; 8) Usias Taraen (alm);9) Rafael Kesnai (alm).

Perkembangan agama Kristen Protestan semakin pesat dan pengikut semakin banyak maka atas persetujuan klasis Kupang di pindahkan seorang utusan injil dari Tanah Merah (Oebelo) bernama Melkisedek Petrus Masae. Selain menyebarkan firman Tuhan, Bapak Melki Sedek juga mulai mengembangkan pendidikan di ketemukungan Kairaen dengan mengumuplkan dan menampung anak-anak kelas 1 Sekolah Rakyat (SR) untuk mendidik mereka karena anak-anak tidak bisa bersekolah ke Noekele karena jaraknya sangat jauh sekitar 18 KM dari Kaeraen. Atas kondisi ini, beliau membuat laporan ke klasis Kupang,pada saat itu Pdt. B. Y. Yakob untuk merangkap 2 tugas yaitu penginjilan dan pendidikan.

Atas inisiatif dan perjuangan yang luar biasa dalam bidang pendidikan, maka pada tahun 1954 berdirilah sekolah di bawah asuhan 5 Temukung yaitu Temukung Nai Beis, Temukung Nai Ton, Temukung Tainmeta, Temukung Raknafa, Temukung Nai Fa’u. secara resmi Sekolah rakyat (SR) GMIT diresmikan pada tahun 1956 oleh Pdt. B. Y. Yakob dan mengangkat seorang kepala sekolah yang pertama bernama Bernadus Sane.

Pada tahun 1960 Usif Roki Loemnanu meninggal maka diganti dengan adiknya bernama Paulus Loemnanu. Pada tahun 1961 Temukung To Beis jatuh sakit dan lumpuh maka diganti dengan temukung yang bernama Tati Beis Warnemennya Musa Pengkoam dan Amnasitnya Melianus Nubatonis dari 1961-1964. Pada tahun 1964 Temukung Hitu Beis menggantikan Temukung Tati Beis yang ke 6 dan Warnemennya adalah Musa Pengkoam dan Amnasitnya Melianus Nubatonis sampai dengan tahun 1968. Pada masa pemerintahan Temukung Hitu Beis melanjutkan program Mamar dan Persawahan dengan memperluas kebun (mamar dan persawahan).

Perkembangan tata pemerintahan terus berubah hingga pada tahun 1969, Vetor dibubarkan dan diganti dengan nama kepala wilayah yang pada masa itu di jabat oleh Barnabas Loemnanu dan nama ketemukungan diganti dengan nama Desa. Desa Kairaen pada tahun 1969 membawahi beberapa temukung yakni temukung Nai Beis, Nai Babis dan sebagian temukung Nai Ton yaitu keluarga Ta`ek dan Finit yang tinggal di dalam wilayah temukung Nai Beis dan Temukung Ten Mau yang tinggal di suatu tempat yang namanya Fatunaek dalam wilayah Temukung Nai Beis. Kepala Desa Kairane pertama pada tahun 1969 bernama Hermanus Beis (Hitu) yang di bantu oleh seorang wakil kepala desa yang bernama Ruben Rensini dan seorang sekretaris yang bernama Nahor Bani dan juga di bantu oleh 3 orang pamong yang bernama Yahuda Siki sebagai pamong 1, Nimbrot Kase sebagai pamong 2, Timotius Rato sebagai pamong 3 dan di bantu oleh 8 RT. Desa Kairaen pada masa itu berada pada wilayah pemerintahan kecamatan Kupang Timur dengan kepala Camat adalah W. S. T. MBate Moi. Wilayah pemerintahan Desa Kairaen sampai Nisa Baat yang sekarang Oeniko.

Pada tanggal 18 oktober 1971 balai desa Kairaen yang bertempat di kampung Kopu di pindahkan di kampung Nunapah. Masa pemerintahan Hermanus Beis, menjamin keamanan hasil pertanian dengan program pagar pemisah antara lahan pertanian dan peternakan. Selain itu juga, untuk membuka akses perhubungan dengan desa lain maka warga bersama pemerintah desa setempat merintis jalan raya dari Noekele ke Kairaen pada tahun 1972 bersama kepala wilayah pengganti Vetor yang bernama Barnabas Loemnanu dengan masa pemerintahannya dari 16 Juni 1969 sampai dengan 3 februari 1972.

Kepala desa Hermanus Beis dipertahankan oleh masyarakat desa Kairaen untuk periode yang kedua mulai 3 februari 1972 – 1978. Pada masa pemerintahanya yang kedua, Hermanus Beis di bantu oleh seorang sekretaris desa yang bernama Ruben Rensini menggantikan Nahor Bani. Sementara pamong-pamongnya tetap kecuali Timotius Rato di gantikan oleh Melianus Asanab dan di bantu oleh 8 orang RT. Pada masa pemerintahannya pada tahun 1973 terus membuka akses perhubungan jalan dengan membuka dan mengerjakan jalan raya dari Noekele ke Kairaen. Selain itu, untuk mempermudah pemasaran hasil bumi dari warga maka pemerintahan desa Kairaen membuka pasar mingguan di desa Kairaen. Pemukiman warga pun mulai dirintis dari kampong Kopu ke Nunapah dilanjutkan dengan pengerjaan jalan raya dari Nunapah ke Kanino dan Noebaun yang sekarang di sebut desa Niunbaun.

Sejak dijadikanya kampong Nunapah sebagai pusat pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan, maka seluruh aktifitas dan sarana social juga dipusatkan ke Nunapah dimana pada tahun 1974 gedung gereja di kampung Kopu di pindahkan di Nunapah dan Pada tahun 1976 SD GMIT Kairaen yang berada di kampung Kopu di pindahkan ke Nunapah. Setahun kemudian yakni Pada tahun 1977 mulai dilakukan pembagian hutan masyarakat dan hutan kawasan, dan lembaga-lembaga social pun mulai di bentuk seperti LKMD dan PKK.

Hingga pada tanggal 19 april 1978 kepala desa Hermanus Beis masa jabatannya berakhir dan diganti oleh Ruben Alexsander Sora sebagai kepala desa yang ke tiga dengan periode masa pemerintahannya dari tahun 1978-1983. Ia di bantu oleh seorang sekretaris yang nama Ruben Rensini namun tidak lama dan diganti oleh Yahuda Siki sebagai sekretaris, di bantu lagi oleh 5 orang pamong yakni : Nimbrot Kase, Hermanus Beis, Melianus Asanab, Melianus Babis, Nikodemus Babis, dan juga di bantu oleh 3 orang RK dan 8 orang RT. Sedangkan LKMD dan PKK masih tetap berfungsi. Pada tahun 1980 RT Fatunaek yang dulunya masyarakat desa Kairane pindah ke desa Raknamo. Pada tanggal 15 november 1983 masa pemerintahan Ruben A. Sora berakhir.

Pada tanggal 24 Januari 1984 Hermanus Beis kembali dipercaya menjadi kepala desa ke 4 menggantikan Ruben A. Sora. Di bantu oleh seorang sekretaris yaitu Yahuda Siki. Pada tahun 1988 Yahuda Siki digantikan oleh Hermas Manggoa sebagai sekretaris desa dan di bentuklah kepala urusan yaitu : Nimbrot Kase, Melianus Babis, Melianus Asanab dan juga di bantu oleh 3 orang kepala dusun yaitu Thobias Sapitu sebagai kepala dusun I kairane, Nikodemus Ton sebagai kepala dusun II Noebaun, dan Nikodemus Babis sebagai kepala dusun III Kanino, namun meninggal dunia dan digantikan oleh Hendrik Siki dan di bantu oleh 3 RK dan 7 RT karena RT Fatunaek pindah ke desa Raknamo. Pada tahun 1990 Kaur Melianus Babis di berhentikan oleh kepala desa dan digantikan oleh Fredik Mnahonin sebagai kepala urusan umum dan ekonomi (bendahara desa). Pada tahun 1985 balai desa Kairane diganti nama dengan kantor desa kairane dan dari darurat diganti menjadi semi parmanen dan pada tahun yang sama juga sudah ada puskesmas Kairane di Noebaun.

Pada tanggal 18 oktober 1993 kepala desa Hemanus Beis berakhir dan di gantikan oleh Benyamin Babis sebagai kepala Desa ke 5 dengan masa kepemimpinnya dari tahun1994-2002. Beliau di bantu oleh sekretaris Hermas Manggoa, Kaur pembangunan Melianus Asanab, Kaur pemerintahan Nimbrot Kase, kaur keuangan Fredik Mnaohonin di bantu oleh 3 orang kepala dusun yaitu Welem Penggoam menggantikan Thobias Sapitu sebagai kadus I kairane, Nikodemus Ton sebagai kadus II Noebaun dan Hendrik Siki sebagai kadus III Kanino dan di bantu oleh 7 RT dan 3 RW yang dulunya bernama RK.

Dan pada masa itu juga Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) masih tetap ada, kemudian dibentuk lagi Lembaga Musyawarah Desa (LMD). Pada tashun 1996 yang dulunya RT Nisabaat pindah ke desa Oenunutono yang sekarang mekar menjadi desa Oeniko. Pada tahun 1998 Welem Penggoam sebagai kadus I pindah ke Sufa desa Fatukanutu lalu kepala desa menunjuk Fredik Mnaohonin sebagai kepala dusun I selama 6 bulan dan enam bulan kemudian diganti oleh Admin Penggoam sebagai kepala dusun I sampai tahun 2000. Setelah itu, bapak Admin Manggoa diganti oleh seorang perempuan yaitu Katarina Kake sampai bulan april 2002.

Perkembangan pembangunan desa Kairane mulai terlihat, dimana pada saat kepemimpinan Benyamin Babis, desa kairane mendapat bantuan pembangunan 2 buah cekdam (1 buah di Nisum, dan 1 buah di Tuatnopas yang sekarang desa Niunbaun). Pada tahun1996 jaringan listrik dari desa Fatukanutu masuk desa Kairane. Pada tahun 2000 instalasi listrik di rumah masyarakat yang berminat sebanyak 90 KK dan pada tanggal 21 oktober 2000 listrik mulai menyala yang pertama.

Pada tahun 2002 Benyamin Babis berakhir masa jabatannya dan diganti oleh Felik O. Penggoam kepala desa ke 6 di bantu oleh seorang sekretaris Hermas Manggoa dan 3 orang kepala urusan yaitu Thobias Sapitu, Nitanel Sefi, dan Marthen Takain. Dan di bantu oleh 3 orang kepala dusun yakni dusun I Benyamin Foeh, dusun II Nikodemus Ton, dusun III Hendrik Siki. Di bantu oleh 6 RT dan 4 RW. LMD diganti dengan Badan Perwakilan Desa (Pengertian BPD berdasarkan UU 22 tahun 1999). Pada tahun 2004 Alfonsus Manggoa S.Sos menggantikan Hermas Manggoa sebagai sekretaris.

Pada tahun 2004 Noebaun Kanino mekar dari desa Kairane menjadi 1 desa yaitu desa Niunbaun, maka kaur Nitanel Sefi diganti oleh Musa Tipnoni dan Marten Takain diganti oleh Adriana Uran. Pada tahun 2005 kaur Adriana Urun diganti oleh Marten Ta`ek sebagai kaur pemerintahan. Tahun 2006 Benyamin Foeh menggantikan Musa Tipnoni, Thobias Sapitu diganti oleh Arjoni Beis. Pada masa pemerintahan Feliks O Panggoam, banyak program pembangunan yang dilakukan diantaranya;

  • Pada tahun 2002 perencanaan pemekaran wilayah Niunbaun untuk menjadi desa dan di sahkan sebagai desa definitif pada tahun 2004.
  • Tahun 2003 membuka/mengerjakan lapangan bola kaki di Noebaun dan pembuatan sebuah bendungan dan saluran irigasi sawah Muikkei.
  • Tahun 2004 pembagian tanah kapling di wilayah Fatuboko kepada masyarakat desa kairane seluruhnya baik yang berada di dalam desa maupun diluar desa dengan ukuran 50x50 m per orang.
  • Tahun 2005 pembuatan lapangan bola kaki di Nunapah desa Kairane, dan pengkarasan jalan dusun I sepanjang 1200 m dan
  • Tahun 2006 membuka gang-gang baru di wilayah desa Kairane antara lain gang dusun II sepanjang 1000 m, dan dusun III 1000 m, pembuatan balai dusun I, meratakan lapangan bola kaki.
  • Tahun 2007 bulan Mei pekarasan jalan ke TPU sepanjang 2000 M, selain itu juga pembuatan pondasi kantor desa kairane dan berakhir masa jabatan.

Pada tahun 2007 pemilihan kepala desa dan Felik O. Penggoam terpilih kembali sebagai kepala desa ke 7. Yang di bantu oleh seorang sekretaris Alfonsus Manggoa S. Sos dan 3 orang kaur yaitu Marten Ta`ek, Arjoni Beis, Benyamin Foeh di bantu oleh 3 orang kepala dusun dusun I Tapen Istefanus Sora, dusun II Kuafeu Ridolof Boimau, dusun III Nunapah Arnol Sette, 6 RW dan 12 RT. Pada tahun 2007 Alfonsus Manggoa S. Sos meninggal dunia dan pada tahun 2009 Yorim Manggoa ST di angkat menjadi sekretaris desa kairane. Pada tahun 2009 Marten Ta`ek digantikan oleh Andrias Sora. Pada tahun 2010 Arnol Sette digantikan oleh Abrinatan Wenipada sebagai kepala dusun III Pada tahun 2011 Arjoni Beis digantikan oleh Oktovianus Beis.

Kepemimpinan Felik O Panggoam melanjutkan program-program pembangunan yang dibutuhkan warga desa Kairane yakni: Pertama, Pada tahun 2008 mulai membangun kantor desa Kairane secara permanen, Kedua, Pada tahun 2009 membangun 4 buah saluran irigasi sepanjang 800 m. Ketiga, Pada tahun 2010 membangun 2 buah posyandu.

KONTRIBUSI PIHAK LUAR DI DESA KAIRANE

Dalam sejarah desa Kairane, tercatatat peran pihak lain dalam pembangunan desa, yakni:

  • Pada tanggal 29 November 1986 LSM yang masuk pertama di desa kairane adalah PLAN internasional.
  • Pada tahun 1987 LSM Dian Desa masuk Kairane, pada tahun yang sama perpipaan air bersih dari kampung Kopu masuk ke Nunapah.
  • Pada tahun yang sama juga SD GMIT Kairane dari semi parmanen diganti menjadi parmanen dengan 6 ruangan dan pengkarasan jalan dari Noekele sampai dengan Oemofa kecamatan Amabi Oefeto Timur dan pengaspalan di setiap jalan tanjakan.
  • Pada tahun 1988 LSM Alfa Omega masuk Kairane dan membuat cekdam kecil di Nunapah.
  • Pada tahun 1989 PLAN Internasional memberikan bantuan bahan baku pembangunan rumah layak huni bagi warga yang tidak mampu. Dimana setiap kepala keluarga mendapat bantuan berupa seng, paku dan semen 10 zak dan juga pengembangan sarana air bersih, kesehatan dan pendidikan bagi anak.
  • Pada tahun 1991 proyek HTI masuk desa Kairane dan pagar pemisah lahan pertanian dan peternakan di bubarkan.
  • Tahun 2010 – 2012 ; Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung (Bengkel APPeK) NTT masuk ke desa Kairane dengan Program Memperkuat Warga melalui kelompok Motivator untuk mendorong proses pembangunan desa yang demokratis menuju otonomi desa.

--------------------

Penulis adalah Koordinator Bengkel APPeK

TRANSLATE:

SHARE IT:

Twitter Facebook Delicious Google Delicious Stumbleupon Delicious Technorati Reddit GoogleBuzz Buzz Myspace Yahoo Favorites More

Berlangganan Artikel

Enter your email address:

Delivered by Vinsen Bureni